• Beranda
  • Ibu & Anak
  • Kupas Hoaks Vaksin Bersama dr. Piprim B. Yanuarso, Sp.A (K): Vaksinasi MMR Tidak Menyebabkan Autisme

Kupas Hoaks Vaksin Bersama dr. Piprim B. Yanuarso, Sp.A (K): Vaksinasi MMR Tidak Menyebabkan Autisme

Kupas Hoaks Vaksin Bersama dr. Piprim B. Yanuarso, Sp.A (K): Vaksinasi MMR Tidak Menyebabkan Autisme
credits: freepik

Bagikan :


Vaksinasi MMR (Measles, Mumps, Rubella) merupakan salah satu imunisasi dasar yang perlu diberikan pada anak. Vaksinasi MMR bertujuan untuk melindungi anak dari penyakit campak dan gondongan.

dr. Piprim B. Yanuarso, Sp.A (K) mengatakan bahwa penyakit campak merupakan penyakit yang cepat sekali penularannya, sehingga hal ini tidak boleh terabaikan, meski pada masa pandemi COVID-19.

Namun, di balik pentingnya hal tersebut dan gencarnya penggalakkan kegiatan vaksinasi, masih banyak beredar isu seputar vaksinasi MMR. Salah satunya adalah vaksinasi MMR menyebabkan autisme. 

Namun, bagaimana faktanya?

 

Vaksin MMR menyebabkan autisme jelas hoaks

Isu vaksinasi MMR yang dapat menyebabkan autisme telah berkembang sejak lama dan membuat masyarakat khawatir. Terlebih, isu ini diawali dengan adanya publikasi penelitian di salah satu jurnal ilmiah pada akhir 1990-an yang menyatakan adanya hubungan antara virus vaksin campak dan penyakit inflamasi usus, serta autisme. 

Menurut dr. Piprim, seperti yang disampaikan kepada Ai Care, isu mengenai vaksinasi MMR ini jelas merupakan hoaks. Tidak ada bukti ilmiah antara vaksinasi campak ataupun MMR dengan autisme.

"Ini motifnya bisnis, dokter bekerja sama dengan perusahaan asuransi. Jurnal tempat publikasi hasil penelitiannya juga ditarik. Jadi, itu hoaks lama", ungkap dr. Piprim lebih lanjut.

Berbagai kajian American Academy of Pediatrics, Institute of Meidicine, Centers of Disease COntrol and Prevention (CDC) menyimpulkan bahwa tidak ada kaitan antara vaksinasi MMR dan timbulnya autisme, begitu pula yang ditemukan dari kajian oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).

 

Studi yang menyebut vaksinasi MMR menyebabkan autisme bukan tergolong publikasi ilmiah

Dilansir dari laman IDAI, penelitian yang dilakukan oleh Dokter Wakefield di Inggris tahun 1998 pada 12 anak dengan kesimpulan adanya hubungan antara vaksinasi MMR dan autisme tidak dapat digolongkan sebagai publikasi ilmiah. Studi ini hanya merupakan suatu deskripsi ingatan orang tua dari kelompok anak tertentu (bukan populasi anak pada umumnya).

Sebanyak 4 dari 12 subjek pada penelitian ini diketahui memiliki gangguan perilaku sebelumnya. Selain itu, publikasi ini memiliki kekurangan berupa adanya kesalahan seleksi subjek dan tidak ada kelompok kontrol yang merupakan suatu hal yang amat penting dalam penelitian. 

 

Penelitian lainnya seputar vaksinasi MMR dan autisme

Beragam penelitian telah dilakukan untuk mengetahui hubungan antara vaksinasi MMR dan autisme. Penelitian yang dipublikasi dalam The New England Journal of Medicine tahun 2002 menyimpulkan bahwa angka kejadian autisme pada kelompok yang mendapat MMR dan kelompok yang tidak mendapat MMR tidak berbeda alias sama.

Begitu pula dengan penelitian di Amerika yang dimuat dalam Journal of Autism and Developmental Disorders tahun 2006, tidak ada hubungan antara autisme dan imunisasi MMR.

 

Hingga saat ini, vaksinasi MMR telah tersebar dan digunakan di seluruh dunia. Ikatan Dokter Anak Indonesia mengeluarkan jadwal vaksinasi terbaru dan merekomendasikan vaksinasi MMR pertama pada umur 9 bulan, dilanjutkan dosis berikutnya di umur 18 bulan dan 5-7 tahun.

 

Jadi, Ayah dan Bunda tidak perlu ragu lagi, ya, untuk memberikan si Kecil vaksinasi MMR. Konsultasikan ke dokter Anak lebih lanjut bila Anak memiliki kondisi khusus. Baca artikel seputar imunisasi dan anak lainnya di sini.

 

Selengkapnya tanya jawab imunisasi bersama dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A (K):

Tanya Jawab Imunisasi Bersama dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A (K)

Writer : Editor AI Care
Editor :
  • dr Ayu Munawaroh, MKK
Last Updated : Jumat, 14 April 2023 | 21:29